Berita Pendidikan

115 Siswa Sekolah Rakyat Mundur, Terbanyak dari Jawa dan Sulawesi

Akhmad Madani
×

115 Siswa Sekolah Rakyat Mundur, Terbanyak dari Jawa dan Sulawesi

Sebarkan artikel ini
Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (ANTARA FOTO)

JAKARTA (MediaSurya) – Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyatakan siswa Sekolah Rakyat terbanyak yang mengundurkan diri berasal dari wilayah Jawa dan Sulawesi.

Menurutnya, setelah Jawa dan Sulawesi, daerah lain dengan jumlah pengunduran diri tertinggi adalah Sumatera dan Kalimantan.

“Di Kalimantan ada 10 siswa, di Sumatera 26 siswa, di Jawa dan Sulawesi masing-masing 35 siswa,” ujarnya, dilansir dari Kompas.com, Senin (4/8).

Ia mengatakan, jumlah pengunduran diri paling sedikit terjadi di Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku, sedangkan Papua nihil.

“Di Bali dan Nusa Tenggara 4 siswa, dan di Maluku 5 siswa yang mengundurkan diri,” katanya.

Ia menambahkan, total siswa Sekolah Rakyat yang mundur sebanyak 115 orang atau sekitar 1,4 persen dari total 9.705 siswa.

Gus Ipul memastikan bahwa seluruh siswa yang mengundurkan diri sedang atau telah digantikan oleh siswa baru yang memenuhi syarat.

“Di Sulawesi, misalnya, dari 35 yang mundur, 26 sudah ada penggantinya, sisanya masih dalam proses,” tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa di Jawa, dari 35 siswa yang mundur, sudah digantikan 19 orang, sedangkan di Sumatera, dari 26 siswa, 14 sudah diganti.

Untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara, seluruh siswa yang mundur sudah memiliki pengganti, sedangkan di Kalimantan masih dalam proses.

Gus Ipul menyebut, alasan utama pengunduran diri siswa adalah karena tidak siap tinggal di asrama dan lebih memilih sekolah reguler.

Beberapa siswa juga menyampaikan tidak sanggup jauh dari orangtua atau harus membantu merawat orangtua tunggal di rumah.

Ia mengatakan telah berdialog dengan siswa dan orangtua agar mempertimbangkan kembali keputusan mengundurkan diri dari Sekolah Rakyat.

“Kalau memang itu sudah menjadi pilihan siswa dan keluarganya, tentu kita tidak bisa memaksa,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan daftar siswa cadangan yang siap menggantikan siswa yang mundur. (am)