Nasional

JJ Rizal Sebut Raffi Ahmad “Badut Kekuasaan”, Kritik Imbas Patwal RI 36 Viral

Akhmad Madani
65
×

JJ Rizal Sebut Raffi Ahmad “Badut Kekuasaan”, Kritik Imbas Patwal RI 36 Viral

Sebarkan artikel ini

JAKARTA (MediaSurya) – Sosok Raffi Ahmad kembali menjadi sorotan setelah video patwal mobil RI 36 yang digunakan Raffi viral karena dinilai arogan terhadap sopir taksi online. Sebagai utusan khusus Presiden Prabowo Subianto, Raffi menerima banyak kritik, termasuk dari sejarawan ternama JJ Rizal.

Melalui akun X pribadinya, Minggu (12/1/2025), JJ Rizal menyampaikan kritik pedas terhadap peran baru Raffi Ahmad.

“Badut entertainment naik kelas bergabung dengan badut kekuasaan, republik turun kelas jadi sirkus kelas comberan,” tulis JJ Rizal, seperti dilansir Bangka Pos.

Kritik ini memicu perdebatan publik terkait peran artis dalam pemerintahan. Namun, siapa sebenarnya JJ Rizal, yang dikenal lantang dalam mengkritik berbagai kebijakan publik?

JJ Rizal adalah seorang sejarawan, penulis, dan pendiri penerbit Komunitas Bambu yang berfokus pada tema sejarah, budaya, dan humaniora. Lahir di Jakarta pada 12 Februari 1972, pria berdarah Betawi ini dikenal sebagai pecinta seni dan penggemar kisah-kisah sahibul hikayat.

Sejak SMA, JJ Rizal akrab dengan seni beladiri silat. Ia menamatkan pendidikan sarjananya pada tahun 1998 di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) dengan skripsi bertema Sitor Situmorang. Setelah lulus, ia mendirikan Komunitas Bambu sebagai upaya melestarikan literasi sejarah.

Sebagai editor dan penulis, JJ Rizal aktif mengirimkan tulisan ke berbagai media nasional. Pada 2009, ia menerima Anugerah Budaya dari Gubernur DKI Jakarta atas kontribusinya melestarikan sejarah dan budaya Betawi. Ia juga pernah menulis untuk National Geographic Indonesia, di mana salah satu artikelnya terpilih sebagai “The Best International 2010” oleh National Geographic International Magazine.

Selain dikenal kritis, JJ Rizal juga menorehkan prestasi lain, seperti penghargaan Jakarta Book Awards dari IKAPI Jakarta pada 2011 atas karyanya yang dinilai mampu memperkaya literasi nasional.

Melalui Komunitas Bambu, ia terus memperkenalkan sudut pandang unik dalam mengulas sejarah Indonesia. Dedikasinya tak hanya menginspirasi generasi muda, tetapi juga memperkaya khazanah literasi nasional.

Kembali pada isu Raffi Ahmad, JJ Rizal menilai peran Raffi dalam pemerintahan sebagai simbol merosotnya kredibilitas negara. “Kritik seperti ini menunjukkan adanya kekecewaan terhadap integritas pemerintah dalam memilih figur publik yang dianggap tepat,” tambahnya.

Publik kini menunggu langkah pemerintah dalam merespons kritik ini, sembari mempertimbangkan dampaknya pada citra kepresidenan di masa mendatang. (am)