Mediasurya, Jakarta – Kematian pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dianggap sebagai momen penting bagi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Sehari sebelum kematian Nasrallah, Netanyahu menegaskan kepada pemimpin dunia di PBB bahwa Israel akan terus melemahkan Hizbullah hingga mencapai tujuan di perbatasan Israel-Lebanon.
Sejak 8 Oktober, Israel dan Hizbullah terlibat dalam baku tembak hampir setiap hari, dipicu oleh serangan roket Hizbullah sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina yang diserang di Gaza. Dengan berita kematian Nasrallah, Netanyahu merasa momentum telah berpihak kepada Israel. “Ini adalah hari-hari yang penting,” katanya, menyebut pembunuhan itu sebagai “titik balik” dalam perang.
Bagi Israel, kematian Nasrallah merupakan alasan untuk merayakan dan memperkuat dukungan terhadap Netanyahu. Kematian pemimpin Hizbullah ini dianggap mengembalikan kepercayaan rakyat kepada Netanyahu setelah sebelumnya banyak kritik terhadap kegagalan dalam menghadapi serangan Hamas pada 7 Oktober. Kemenangan ini juga memungkinkan Netanyahu untuk memperkuat koalisinya di Knesset dengan meningkatkan mayoritasnya.
Netanyahu, yang telah mengalami penurunan dukungan setelah serangan 7 Oktober, kini kembali mendapatkan kepercayaan rakyat. Menurut survei terbaru, dukungan untuk Likud, partai Netanyahu, perlahan-lahan pulih meskipun masih kalah dalam pemilihan.
Sementara itu, pernyataan dari pemimpin oposisi, termasuk Yair Lapid dan Benny Gantz, menunjukkan bahwa kematian Nasrallah dapat memicu Israel untuk melanjutkan serangan terhadap Hizbullah dan meningkatkan agresi militer di Lebanon. Israel berupaya mencapai tujuan perang yang telah ditetapkan, termasuk membebaskan tawanan dan mengalahkan Hamas.
Dalam konteks ini, kematian Nasrallah diyakini akan memperkuat pandangan di Israel bahwa inilah saat yang tepat untuk menyerang Hizbullah lebih jauh. Keberhasilan ini memberi rasa percaya diri baru bagi militer Israel, meskipun tantangan tetap ada dengan adanya sandera yang masih ditahan di Gaza.