Mediasurya.com – Seorang saksi mata bernama Greg Smith mengungkapkan bahwa ia melihat seorang pria dengan senapan hanya empat menit sebelum penembakan yang menimpa Donald Trump terjadi. Insiden ini terjadi saat kampanye Trump di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (13/7/2024) waktu setempat.
Smith menyatakan bahwa pria bersenjata tersebut merangkak di atas sebuah gedung yang berjarak sekitar 50 kaki atau 15,24 meter dari dirinya. “Saya melihat dengan jelas pria itu membawa senjata dan segera memperingatkan pihak keamanan selama tiga sampai empat menit,” kata Smith.
Namun, meskipun telah diperingatkan, polisi dan pihak keamanan kemungkinan tidak dapat melihat pria tersebut karena kemiringan atap gedung. “Saya berpikir dalam hati ‘mengapa Trump masih berbicara, mengapa mereka tidak menariknya dari panggung?’. Setelah itu terdengar lima tembakan,” jelas Smith. Usai mendengar tembakan, Smith melihat pria tersebut langsung ditembak mati oleh Pasukan Pengamanan Presiden AS (Secret Service).
Secret Service, yang dikenal sebagai badan yang sangat terlatih dan bertugas memberikan perlindungan seumur hidup kepada pejabat senior pemerintah dan mantan presiden AS, mendapatkan sorotan tajam terkait insiden ini. Smith mengkritik bahwa tidak ada petugas keamanan yang ditempatkan di semua gedung di sekitar lokasi kampanye Trump. “Ini bukan tempat yang besar. Ini kegagalan keamanan, kegagalan keamanan 100 persen,” kata Smith.
Juru Bicara Secret Service, Anthony Guglielmi, menyatakan bahwa para agennya telah berhasil menetralisir penembak Trump dan merespons dengan cepat insiden tersebut. Guglielmi juga menegaskan bahwa pihaknya telah mengambil tindakan perlindungan terhadap Trump.
Dilansir dari The Telegraph, Secret Service menghadapi kritik keras dari berbagai pihak, termasuk dua partai berkuasa di AS, Partai Republik dan Demokrat, yang mendesak diadakannya rapat untuk menyelidiki kasus penembakan Trump. Ketua Komite Pengawas DPR dari Partai Republik, Jim Comer, meminta Direktur Secret Service, Kimberly Cheatle, untuk hadir dalam rapat tersebut. Rapat ini dianggap penting mengingat Trump, sebagai mantan presiden AS, seharusnya menjadi salah satu individu paling dilindungi di dunia.
Perwakilan DPR dari Partai Republik, Mike Johnson, juga menyarankan agar perwakilan Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Biro Investigasi Federal (FBI) turut hadir dalam rapat. Agen khusus FBI, Kevin Rojek, mengkritik sistem keamanan Secret Service yang dinilai kecolongan dalam serangan penembakan ini. Rojek menekankan bahwa posisi penembak, Thomas Matthew Crooks (20), berada sekitar 150 meter dari tempat Trump berpidato, jarak yang seharusnya bisa diidentifikasi oleh petugas keamanan.
Adanya FBI dalam rapat tersebut diharapkan dapat mengidentifikasi bagaimana pelanggaran keamanan bisa terjadi dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan prosedur keamanan di masa mendatang. Insiden ini menunjukkan pentingnya kewaspadaan dan koordinasi yang efektif dalam pengamanan acara publik yang melibatkan tokoh-tokoh penting.