Kisah Inspiratif Ir. Sutami, Menteri Termiskin di Era Soekarno

Akhmad Madani
Kisah Inspiratif Ir. Sutami, Menteri Termiskin di Era Soekarno
Kisah Inspiratif Ir. Sutami, Menteri Termiskin di Era Soekarno

Mediasurya.com Di tengah gemerlap kekuasaan dan dinamika politik, ada satu cerita inspiratif yang berpusat pada seorang menteri dengan kesederhanaan dan integritas tinggi. Ir. Sutami, yang dikenal sebagai “Menteri Termiskin” pada era Presiden Soekarno, adalah tokoh luar biasa yang hidupnya penuh teladan.

Lahir di Surakarta pada 19 Oktober 1928, Sutami dibesarkan dalam keluarga sederhana. Kecerdasannya tampak sejak dini, mengantarkannya ke Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk meraih gelar insinyur sipil. Kariernya dimulai di Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PU&TL), di mana dedikasinya membawa dia ke posisi penting dalam proyek-proyek pembangunan nasional.

Pada tahun 1965, Presiden Soekarno mengangkat Sutami sebagai Menteri PU&TL. Di tengah gejolak politik dan ekonomi, Sutami memimpin dengan tanggung jawab besar, fokus pada pembangunan infrastruktur vital seperti jalan raya, jembatan, bendungan, dan pembangkit listrik. Di bawah kepemimpinannya, proyek besar seperti Bendungan Jatiluhur, Jembatan Semanggi, dan Kompleks Gelora Bung Karno sukses diselesaikan.

Kesederhanaan dan integritas Sutami membuatnya dicintai banyak orang. Meski menjabat sebagai menteri, dia menjalani hidup sederhana, bahkan menghabiskan gaji menterinya untuk membantu orang lain dan membangun infrastruktur di daerah terpencil. Konon, listrik di rumahnya pernah diputus karena tunggakan pembayaran.

Sutami juga dikenal dengan kebiasaannya yang unik. Dia selalu membawa bekal makan siang dari rumah ke kantor, gemar bersepeda, dan naik angkutan umum meski memiliki mobil dinas. Dia tinggal di rumah sederhana di Kebayoran Baru, Jakarta, yang lebih mirip rumah pegawai biasa. Sutami bahkan mencicil rumahnya hingga pensiun.

Kejujuran dan integritas Sutami memikat hati Presiden Soekarno dan Soeharto, yang memberikan kepercayaan penuh kepadanya. Sutami menekankan pentingnya kerja keras, kejujuran, dan dedikasi dalam setiap tugasnya, mengabdi kepada bangsa dan negara selama 14 tahun hingga wafat pada 13 November 1980 di usia 52 tahun.

Warisan Sutami tidak hanya terukir dalam proyek infrastruktur monumental, tetapi juga dalam nilai-nilai luhur yang diajarkannya. Kisah hidupnya menginspirasi generasi muda untuk berani berkarya dan mengabdikan diri pada bangsa, menunjukkan bahwa kesuksesan diukur dari kontribusi untuk kemajuan bersama.

Mengapa Kisah Ir. Sutami Layak Dikenang?

Ir. Sutami, “Menteri Termiskin” dengan kekayaan hati yang tak ternilai, meninggalkan jejak gemilang dalam sejarah bangsa. Kepemimpinan sejati menurutnya bukan tentang kekuasaan dan kemewahan, tetapi tentang dedikasi, integritas, dan pengabdian tanpa pamrih kepada rakyat dan negara. Kisahnya mengingatkan kita bahwa nilai-nilai kemanusiaan dan pengabdian masih memiliki tempat yang mulia dalam kehidupan modern.

Warisan Sutami patut dilestarikan dan ditanamkan dalam diri setiap individu, menjadi kompas moral bagi banyak orang, khususnya para pemimpin dan pelayan publik. Mari kita terus mengenang dan mengapresiasi pengabdian tulus Ir. Sutami, menginspirasi generasi penerus untuk mengikuti jejaknya dalam membangun bangsa dengan integritas dan kesederhanaan