BANDUNG BARAT (MediaSurya) – Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga penting dalam membekali keterampilan vokasional yang relevan dengan dunia kerja dan kemandirian hidup. Hal inilah yang melatarbelakangi pelaksanaan Pelatihan Implementasi Agricultural Value Chain pada Pertanian Hidroponik untuk meningkatkan keterampilan siswa berkebutuhan khusus di SLB Agro Industri Cimahi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang digagas oleh Program Studi Pendidikan Khusus, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Pelatihan ini melibatkan tim dosen, guru, mahasiswa, serta siswa dan alumni SLB Agro Industri. Kolaborasi lintas lembaga ini menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan vokasional menuntut sinergi antara sekolah, perguruan tinggi, dan komunitas.
Kegiatan yang digelar pada Selasa, 2 September 2025 ini dihadiri oleh empat guru, yakni Syahril Hudori, Agus Koswara, Catarina Shinta Rini, dan Kepala Sekolah Roza Silvia. Mereka turut mendampingi enam siswa sebagai peserta utama pelatihan. Kehadiran siswa menjadi pusat perhatian karena merekalah sasaran utama penguatan keterampilan dalam bidang pertanian hidroponik.
Dari pihak perguruan tinggi, hadir Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd. selaku ketua kegiatan, didampingi Hendriano Meggy, S.Pd., M.Pd. dan Resa Pramudita, S.Pd., M.T.. Kegiatan juga mendapat dukungan dari fasilitator mahasiswa, Rodihati dan Bella Anggreani Putri, yang membantu memberikan pendampingan teknis selama sesi praktik berlangsung.
Dalam sambutannya, Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd. menekankan bahwa pelatihan ini tidak hanya bertujuan memberikan keterampilan bertani, tetapi juga menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya rantai nilai dalam dunia pertanian.
“Kami ingin anak-anak memiliki keterampilan nyata yang bisa mereka kembangkan untuk masa depan. Pertanian hidroponik bukan hanya soal menanam, tetapi juga mengenalkan mereka pada rantai nilai agribisnis. Harapannya, keterampilan ini menjadi bekal kemandirian dan membuka peluang usaha bagi siswa maupun alumni,” ujarnya penuh semangat.
Rangkaian kegiatan diawali dengan pembukaan resmi dan sambutan dari pihak sekolah serta dosen pembimbing. Selanjutnya, peserta menerima materi pelatihan hidroponik yang disampaikan secara interaktif, mencakup pengenalan konsep dasar hidroponik, peralatan yang dibutuhkan, hingga standar kualitas hasil panen.
Setelah sesi teori, peserta diajak praktik langsung di greenhouse sekolah. Mereka dilatih membuat instalasi hidroponik sederhana, melakukan pembibitan, hingga menanam sayuran seperti kangkung dan pakcoy. Selama praktik, guru dan fasilitator mahasiswa mendampingi siswa satu per satu, memastikan setiap anak memahami setiap tahap prosesnya.
Suasana kegiatan berlangsung penuh antusiasme. Para siswa terlihat gembira ketika melihat benih yang mereka tanam mulai tumbuh. Beberapa bahkan dengan bangga menunjukkan hasil instalasi hidroponik sederhana yang mereka rakit sendiri.
Salah seorang siswa dengan senyum lebar mengatakan, “Senang sekali bisa ikut menanam, rasanya ingin terus mencoba sampai bisa menghasilkan banyak.”
Kepala SLB Agro Industri, Roza Silvia, memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan ini. Ia menilai program tersebut sangat relevan dengan kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus yang memerlukan pengalaman langsung untuk mengasah keterampilan hidup.
“Anak-anak belajar tidak hanya teori, tetapi praktik langsung yang bisa mereka gunakan untuk membuka peluang usaha dan melatih kemandirian,” ujarnya.
Keistimewaan kegiatan ini terletak pada pengenalan konsep Agricultural Value Chain atau rantai nilai pertanian. Para siswa tidak hanya belajar menanam, tetapi juga memahami pentingnya standar kualitas, potensi pemasaran, serta jejaring usaha yang mendukung keberlanjutan pertanian hidroponik.
Melalui pendekatan ini, siswa dan alumni SLB Agro Industri didorong untuk tidak berhenti pada tahap produksi saja, tetapi juga belajar mengelola hasil panen agar memiliki nilai jual. Dengan begitu, pelatihan ini menjadi bekal awal dalam membangun jiwa kewirausahaan bagi siswa berkebutuhan khusus.
Kegiatan ditutup dengan sesi refleksi bersama, testimoni peserta, dan foto bersama. Selain meninggalkan kesan mendalam, kegiatan ini juga menghasilkan rencana tindak lanjut berupa pendampingan berkelanjutan agar keterampilan yang diperoleh siswa terus berkembang.
Tim dosen UPI berkomitmen untuk terus mendukung SLB Agro Industri dalam mengembangkan program hidroponik, baik dari segi teknik, pemasaran, maupun penguatan jejaring usaha. Dengan cara ini, para siswa dan alumni diharapkan memiliki bekal yang kuat untuk mencapai kemandirian ekonomi dan mengurangi hambatan dalam mengakses dunia kerja.
Pelatihan ini menjadi bukti bahwa pendidikan khusus tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga mampu menghadirkan pembelajaran yang kontekstual, aplikatif, dan relevan dengan kebutuhan masa depan.
Keterampilan hidroponik yang dipadukan dengan pemahaman rantai nilai pertanian membuka peluang baru bagi siswa berkebutuhan khusus untuk berdaya, produktif, dan mandiri.
Lebih dari itu, kegiatan ini menyampaikan pesan inspiratif bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkarya. Dengan dukungan yang tepat, setiap anak memiliki kesempatan untuk tumbuh, berkembang, dan memberi kontribusi nyata bagi masyarakat.
Oleh: Hendriano Meggy, S.Pd., M.Pd.
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan anggota Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bidang Pendidikan Khusus.