MEDIASURYA.COM – Polisi mengungkap sindikat peredaran uang palsu yang melibatkan 17 tersangka di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, mengungkapkan bahwa biaya produksi untuk mencetak satu lembar uang palsu pecahan Rp100 ribu mencapai Rp56 ribu.
“Biaya produksi ini cukup besar sehingga mereka hanya memalsukan uang pecahan Rp100 ribu karena dianggap paling menguntungkan,” kata Reonald dalam konferensi pers, Jumat (20/12/2024).
Mesin pencetak uang palsu ditemukan di Perpustakaan Kampus II UIN Alauddin, Gowa.
Alat tersebut seharga Rp600 juta didatangkan dari China melalui Surabaya.
Mesin dengan bobot lebih dari dua ton itu sebelumnya digunakan di rumah salah satu tersangka berinisial ASS sebelum dipindahkan ke kampus.
Kasus ini terungkap setelah masyarakat melaporkan adanya peredaran uang palsu di wilayah Lambengi, Kecamatan Pallangga, Gowa.
Polisi menangkap seorang tersangka berinisial M saat melakukan transaksi dengan tersangka lainnya, AI.
Dari pengembangan, ditemukan mesin cetak besar yang digunakan sindikat ini di dalam perpustakaan kampus.
Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, menjelaskan bahwa sindikat ini dipimpin oleh tiga orang utama, yakni Andi Ibrahim (AI), S, dan ASS.
Ketiganya memanfaatkan fasilitas kampus untuk memproduksi uang palsu dalam jumlah besar.
Menurut pengakuan para pelaku, motif utama adalah mendapatkan keuntungan besar secara instan, bahkan untuk mendukung ambisi politik salah satu tersangka menjadi calon bupati Barru.
Polisi memastikan telah menarik uang palsu dari peredaran dan akan menangkap tiga tersangka lainnya yang kini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
Masyarakat diimbau segera melapor jika menemukan uang palsu agar penyebarannya bisa dicegah lebih lanjut.