UNIFIL Kecam Serangan Terhadap Penjaga Perdamaian, Diprakarsai Polandia

Mediasurya
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian, Jean-Pierre Lacroix dan Kepala Misi dan Komandan Pasukan UNIFIL, Letnan Jenderal Aroldo Lazaro berfoto bersama Tim Kepemimpinan Misi di markas besar UNIFIL, Naqoura, Lebanon selatan, 11 Januari. Foto: Pasqual Gorriz/PBB

Mediasurya, Lebanon – Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) mengalami serangkaian serangan dalam beberapa hari terakhir yang mengakibatkan luka pada beberapa personel mereka akibat konflik bersenjata antara Israel dan Hizbullah di selatan Lebanon.

Diprakarsai oleh Polandia, 34 negara anggota UNIFIL mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam semua bentuk serangan yang terjadi.

“Aksi-aksi tersebut harus dihentikan, dan harus diinvestigasi secara mendalam,” demikian pernyataan tersebut yang dirilis melalui akun X resmi mereka @PLinUN pada Minggu (13/10).

Pernyataan ini ditandatangani oleh negara-negara anggota UNIFIL lainnya, termasuk Indonesia, Italia, dan India, yang merupakan kontributor terbesar pasukan penjaga perdamaian tersebut.

Beberapa negara lain yang turut menandatangani adalah Ghana, Nepal, Malaysia, Spanyol, Prancis, dan China.

Dilaporkan bahwa setidaknya lima personel penjaga perdamaian telah mengalami luka-luka akibat serangan militer Israel yang menyasar Hizbullah.

Dari jumlah tersebut, dua di antaranya adalah prajurit TNI, dan dua lainnya merupakan anggota UNIFIL asal Sri Lanka.

Seperti yang dilaporkan oleh AFP, UNIFIL menuduh militer Israel secara sengaja menembak posisi mereka, termasuk serangan pada sebuah pos observasi yang mengakibatkan dua anggota TNI terluka akibat tembakan tank Israel di Naqoura.

“Kami mendesak pihak-pihak yang terlibat dalam konflik untuk menghormati posisi UNIFIL, termasuk kewajiban untuk menjamin keselamatan dan keamanan personel kami,” tegas pernyataan itu.

Hingga saat ini, UNIFIL memiliki 9.500 pasukan yang berasal dari 50 negara, bertugas untuk mengawasi gencatan senjata pasca-perang 33 hari antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006.

UNIFIL juga beroperasi berdasarkan resolusi PBB 1701, yang menegaskan bahwa hanya Angkatan Bersenjata Lebanon dan UNIFIL yang dapat ditempatkan di selatan Lebanon.

Pada pertemuan yang berlangsung pada Jumat (10/10), pemimpin Prancis, Italia, dan Spanyol menegaskan bahwa semua tindakan terhadap UNIFIL dan pelanggaran resolusi 1701 harus dihentikan.