Internasional

WMO: Suhu Asia Melonjak Dua Kali Lipat pada 2024, Dampak Panas Ekstrem Mengancam

Akhmad Madani
×

WMO: Suhu Asia Melonjak Dua Kali Lipat pada 2024, Dampak Panas Ekstrem Mengancam

Sebarkan artikel ini
Suhuw Cuaca Panas (foto: MediaSurya/ilustrasi)

BUNTOK (MediaSurya) – Suhu rata-rata di Asia sepanjang 2024 meningkat dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya, menurut laporan terbaru World Meteorological Organization (WMO).

Menurut Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, fenomena ini disebabkan gelombang panas ekstrem yang berkepanjangan di sebagian besar wilayah Asia sejak awal tahun, ditulis dari situs resmi WMO, Senin (23/6).

“Laporan ini menyoroti perubahan pada suhu permukaan, mencairnya gletser, dan kenaikan permukaan laut yang berdampak langsung terhadap masyarakat dan ekosistem,” ujarnya dalam laporan State of the Climate in Asia 2024, yang dilansir dari wmo.int.

Terdapat empat temuan utama dalam laporan yang menunjukkan gejala krisis iklim semakin parah di Asia.

Pertama, suhu rata-rata Asia pada 2024 tercatat sekitar 1,04 derajat Celsius, melampaui rata-rata periode 1991–2020 dan memperlihatkan tren pemanasan yang semakin cepat.

Kondisi itu dipicu panas ekstrem di daratan dan lautan, termasuk kawasan Samudra Hindia serta sisi benua Pasifik yang mengelilingi Asia Timur dan Asia Tenggara.

“Gelombang panas memperluas cakupan dampaknya hingga ke Asia Tengah dan Timur Tengah, termasuk Myanmar yang mencatat suhu tertinggi nasional sebesar 48,2 derajat Celsius,” katanya.

Kedua, mencairnya gletser di pegunungan seperti Himalaya dan Tian Shan turut memperburuk risiko bencana.

Sebanyak 23 dari 24 gletser utama di Asia kehilangan massa secara signifikan akibat minimnya salju saat musim dingin dan suhu tinggi pada musim panas.

“Situasi ini meningkatkan potensi banjir dan longsor akibat danau glasial, serta mengancam ketahanan air di masa depan,” tambahnya.

Ketiga, curah hujan ekstrem dan kemunculan siklon tropis menyebabkan kerusakan besar di sejumlah negara Asia sepanjang tahun.

Namun di sisi lain, kekeringan berkepanjangan melumpuhkan sektor pertanian dan ekonomi di wilayah terdampak.

“Perubahan iklim kini benar-benar memengaruhi keseharian manusia, tidak hanya sebagai ancaman jangka panjang,” ujarnya.

Keempat, WMO menyoroti peran aktivitas manusia dalam memperparah pemanasan global, terutama emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan dinitrogen oksida (N₂O).

Peningkatan konsentrasi CO₂ di atmosfer juga mempercepat pengasaman laut karena laut menyerap seperempat emisi CO₂ tahunan dari aktivitas manusia.

“Interaksi gas rumah kaca dengan air laut menyebabkan penurunan pH yang mengganggu keseimbangan ekosistem laut,” tambahnya.

Sebagai langkah antisipasi, WMO menyerukan pentingnya sistem peringatan dini berbasis dampak, edukasi iklim untuk masyarakat, dan manajemen sumber daya air yang terintegrasi.

Organisasi ini juga mendorong kolaborasi lintas negara untuk penyusunan kebijakan adaptasi iklim serta pendanaan cepat bagi negara-negara rentan.

“Kerja sama antar badan meteorologi dan mitra internasional sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian,” ujarnya. (am)